welcome to the voice of silence

this blog is about me, my experience, my life, my dreams, and my friend
please enjoy this blog^^

Senin, 12 Maret 2012

AMALAN "REBO WEKASAN"


Mungkin sebagian dari kalian pernah mendengar istilah “rebo wekasan”, kata rebo wekasan berasal dari bahasa jawa, “rebo” yang artinya hari rabu, “ wekasan” yang berarti titipan/wasiat. Jadi “rebo wekasan adalah hari rabu yang di wasiatkan. Kata “rabu disini bukan sembarang hari rabu. Hari rabu disini merupakan hari rabu terakhir di bulan “safar” (bulan kedua dalam kalender islam/ hijriyah). Orang-orang jawa mempercayai bahwa pada hari itu Allah menurunkan bencana ke bumi, tepatnya ada 3313 bencana yang akan di turunkan, untuk itu masyarakat mempercayai bahwa pada malam itu melakukan amalan-amalan “rebo wekasan” agar terhindar dari semua bencana tersebut.

            Saya adalah orang jawa, di lingkunagn saya setiap tahunnya di adakan amalan “rebo wekasan” tiap hari rabu terakhir di bulan safar. Mungkin ada beberapa cara/ tahpan yang berbeda dalam rebo wekasan, beda daerah beda caranya, tetapi tujuannya sama. Di lingkunagn saya, Amalan yang di lakukan terdiri dari dua tahap, tahap pertama yaitu makan bersama di masjid, yang kedua yaitu sholat bersama.
            Acara yang pertama yaitu makan bersama di masjid, para warga membawa makanan sendiri-sendiri dari rumahnya untuk di makan bersama di masjid, makanan yang di bawa pun tak sembarang makanan ada peraturan khusus tentang makanan ini. Peraturannya yaitu : untuk warga yang rumahanya menghadap ke selatan diharuskan membawa makanan berupa kue cucur dan klepon ; untuk warga yang rumahnya menghadap ke timur diharuskan membawa makanan berupa jajanan pasar; selanjutnya warga yang rumahnya menghadap ke utara diharuskan membawa kue serabih dan lontong sayur; dan yang terakhir bagi warga yang rumahnya menghadap ke barat di haruskan membawa ketan “towo”. Mengenai jumlah atau banyaknya makanan yang akan dibawa, tidak ada peraturan ataupun ketentuannya, hanya mungkin berdasarkan pada ke ihlasan serta kemampuan ekonomi tiap keluarga. Selanjutnya makanan-makanan tersebut di bawa ke masjid atau mussolla terdekat dari tempat tinggal mereka. Kemudian setelah sholat maghrib makanan tersebut di kumpulkan kemudian berdo’a bersama dan selanjutnya memakan makanan tersebut bersama-sama.
            Jujur, pada awalnya saya merasa aneh dengan adat ini, karena di lingkungan saya baru pertama kali ini di berlakukan, tapi di lingkungan lain, hal ini sudah sering dilakukan tiap tahun. Saya pun antusias mengikutinya. Kebetulan rumah saya menghadap ke selatan, jadi nanti malam keluarga saya di haruskan membawa kue cucur dan klepon, kebetulan ibu saya sudah memesan kue cucur dan klepon ke tukang sayur langganan kami. saya pun penasaran, kemudian saya ikut nimbrung dengan ibu-ibu yang sedang berbelanja, dan ramai membicarakan amalan rebo wekasan ntar malem, saya pun iseng-iseng menanyakan hal tersebut ke ibu-ibu yang lebih berpengalaman. Ternyata rebo wekasan bukan hanya ramai di desa saya, ternyata seluruh kecamatan bahkan hampir se kabupaten malakukan amalan ini juga, ini di buktikan dengan laris manisnya makanan-makanan khas rebo wekasan di pasar. Hingga pedagang sayur langganan kami itu susah mendapatkan makanan-makanan khas itu, sehingga sebagian ibu-ibu harus kecewa, saya saja hanya kebagian 10 biji kue cucur, yah lumayan lah. Bukan itu saja, selain susah di dapat, harga makanan-makanan khas tersebut juga melonjak, kue cucur yang biasa di jual Rp. 500/ biji hari ini melonjak Rp. 700/ biji. Selain itu, harga serabih yang biasanya hanya Rp. 500/ bungkus hari ini dijual sekitar Rp. 800 – Rp.1000 / bungkus. Wow ternyata natusiasme masyarakat begitu bagus menyambut ;rebo wekasan ini’
            Amalan ‘rebo wekasan’ tidak berhenti pada acara makan bersama saja. Setelah sholat Isya’ diadakan juga sholat berjama’ah, membaca yasin dan do’a bersama yang bertujuan meminta keselamatan dan terhindar dari bencana. Sholat yang di mahsud disini ada 2 yaitu : sholat hajat dan sholat mutlaq. Diawali dengan sholat isya’ barjama’ah, kemudian sholat hajat meminta keselamatan dengan niat dan ketentuan tertentu. Sholat ini di kerjakan 2 rokaat, pada rokaat pertama membaca ayat kursi sebanyak 7 kali dan rokaat kedua membaca surat al ihlas 8 kali. Selanjutnya, sholat mutlaq, dikerjakan sebanyak 4 rokaat dengan 2 kali salam (2 kali sholat masing-masing 2 rokaat). 2 rokaat pertama (rokaat pertama membaca surat alkaustar 15 kali, rokaat kedua membaca surat al ihlas 18 kali), 2 rokaat kedua (rokaat pertama membaca surat al falaq dan rokaat kedua membaca surat al kafirun). Amalan selanjutnya yaitu membaca surat yasiin sebanyak satu kali, tapi pada saat sampe ayat “salamaun mirrobbirrohim’ di baca sebnyak 313 kali (hanya ‘salamun mirrrobirrohim’) dan yang terakhir adalah acara do’a bersama yang I pimpim oleh “mbah kyai”. Menurut kepercayaan, bahwa allah akan menurunkan 3313 bencana , dan dengan melakukan amalan tersebut insya allah kita akan terhidar dari bencana tersebut, amin.
            Berbeda dengan acara do’a dan makan bersama yang di lakukan di musolla-musolla terdekat dengan lingkungan masing-masing. Acara sholat berjama’ah dan do’a bersama di lakulan di masjid yang berada di tiap dusun. Kebetulan masjid di dusun saya berada di depan rumah, jadi saya dan keluarga ikud dalam acara tersebut. Dan saya takjub, ternyata banyak warga yang ikut berpartisipasi hingga memenuhi masjid, ada sekitar 300 orang yang berkumpul untuk melakukan sholat berjama’ah dan do’a bersama tersebut.
            Terlepas dari adat dan kepercayaan tentang ‘rebo wekasan’ dan runtutan acara do’a bersama agar terhindar dari bencana ini mungkin sebagian dari kalian yang berpikir bahwa hal ini merupakan sesuatu yang taboo dan hanya tahayul atau bahkan menganggapnya sebagai slah satu perbuatan syirik. Tapi anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, karena amalan ‘rebo wekasan’ ini bukan hanya rekayasa dari beberapa warga saja, bahkan salah satu pondok pesantren yang terkenal di daerah saya yang menganjurkan di adakannya amalan tersebut. Ternyata bukan hanya di daerah saya, bojonegoro saja, tetapi juga di daerah lain seperti gresik dan mojokerto juga melakukan hal yang sama.
            Amalan ‘rebo wekasan’ bukanlah amalan yang mempercayai bahwa pada hari rabu terakhir bulan safar akan di turunkan bencana, namun lebih kepada do’a bersama agar terhindar dari bencana, karena masyarakat percaya bahwa jika mereka berdo’a pada hari itu maka akan di terima dan di kabulkan oleh allah. Sebenarnya dalam ajaran islam yang sesungguhnya (islam murni) tidak ada istilah rebo wekasan, amalan ini di pelopori oleh para sunan dan waliyullah (utusan allah) yang menyebarkan agama islam di pulau jawa dan sekitarnya, dimana pada saat itu masyarakat jawa telah mempunyai adat sendiri yaitu kejawen (pengaruh dari agama budha). Salah satu cara agar agama islam mudah di terima dan dianut oleh masyarakat, para sunan mengemasnya dalam kegiatan seni serta adat istiadat sebelumnya yang dirubah menjadi bernafaskan islam. Seperti : adanya rebana dengan sholawat, acara tahlilan selama 7 hari setelah ada saudara yang meninggal dll. Mungkin ‘rebo wekasan’ merupakan slah satu hasil modifikasi kebudayaan antara jawa dan islam.
            Saat ini amalan ‘rebo wekasan’ telah di kemas menjadi acara do’a bersama dalam rangka mendekatkan diri pada sang pencipta dan juga acara makan bersama sebagai cara untuk mempererat tali silaturrahmi dengan sesame, tidak ada sedikitpun kandungan ‘kejawen’ apalagi kesyirikan karena semua amalan yang di lakukan semata mata untuk meminta kapada allah. Terlapas dari itu, ini adalah cara kreatif dan efektif untuk manarik perhatian masyarakat.
            Adat istiadat merupakan sesuatu yang wajib kita hormati dan kita lestarikan agar tidak tergerus oleh modernisasi dan arus globalisasi yang melanda negeri ini. Adat adalah kekayaan dari bangsa kita yang harus kita janganlah kita menghina atau mencelanya. Mungkin sebagian dari kalian mengangap adat ini sebagai suatu tahayul atau musyrik  tapi adat merupakan gabungan dari kebiasaan dan kepercayaan dan sangat sulit sekali untuk mengubah pola pikir masyarakat secara instant, dan cara terbaiknya adalah mengubahnya secara bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada bentrok/perlawanan dan tentusaja kita akan memperoleh hasil sesuai yang kita harapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar